Thursday, August 27, 2009

ISTIGHAFAR KEPADA ALLAH...


Istighfar, kalimat yang sangat pendek, tapi memiliki makna yang sangat dahsyat,
sangat dalam, sangat indah dalam hidup kita. Istighfar memiliki dua makna..
Yang pertama, setiap kali kita mengucapkan astagfirullahal 'adzim, bererti kita minta ampun kepada Allah, minta dimaafkan kesalahan kita, minta ditutupi aib-aib kita. Semakin sering kita beristighfar maka semakin bersih diri kita dari dosa, dari kesalahan, dari aib-aib. Kerana itu Allah sangat menyukai hamba Allah yang terus beristighfar. Karena tidak satu pun di antara kita yang bersih dari dosa, maka istighfar adalah kewajiban dan kebutuhan kita, agar Allah mengampuni dosa kita, memaafkan kesalahan kita dan menutupi aib kita.
Yang kedua, setiap kali kita mengucapkan astagfirullahal 'adzim, berarti kita minta kepada Allah, mohon kepada Allah, amat sangat, agar Allah memperbaiki hidup kita, menguatkan aqidah kita, membuat kita nikmat dalam ibadah khusyuk, menjadikan akhlaq kita mulia.
Subhanallah. Satu ucapan tetapi memiliki dua keinginan. Kerana itu tidak heran hamba Allah yang sungguh-sungguh beristigfar tampak dalam kehidupannya, semakin berkah, semakin membawa kebaikan dan perbaikan,semakin bahagia, tenang, senang, menyenangkan, di dunia dan di akhirat. Kerana itu Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang melazimkan, mendawamkan dirinya selalu beristighfar kepada Allah, maka Allah mudahkan saat ia sulit, Allah gembirakan saat ia sedih,dan Allah beri rezki dari jalan yang tidak pernah ia duga.
"Kemudian dalam Al Qur'an surat Nuh ayat 10, 11, 12, Allah SWT berfirman, "Beristighfarlah kepada Tuhanmu - sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun - nescaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan(pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai". (QS. Nuh:10-12)
Beristighfarlah kita kepada Allah, nescaya Allah turunkan musim hujan yang berat. Allah mudahkan kita mendapatkan rezeki. Allah hadirkan di tengah kita anak-anak kita, generasi-generasi yang soleh, generasi robbani. Kemudian Allah makmurkan negeri kita, Allah sejahterakan kita. Allahu Akbar.
Jadi, istighfar bukan hanya kewajiban, tapi kebutuhan kita. Karana itulah Rasulullah SAW, beliau tidak bangun dari tempat tidur beliau, kecuali beliau beristighfar 70 kali, dalam hadits lain 100 kali. Padahal dia ma'sum, dijamin masuk surga, bebas dari dosa, (tapi) begitu hebat istighfarnya kepada Allah. Apalagi kita yang banyak dosa.
Astagfirullahal 'adzim, ampunilah dosa kami ya Allah.. tutupi aib kami.... betapa selama ini kami mudah tergelincir dalam dosa namun tak bersegera memohon ampun kepada-Mu.
SALAM RAMADHAN....

DALAM SUJUD TERAKHIRKU

Dalam sujud terakhirku Ya Allah...
kuteriakkan Asma-Mu sekeras-kerasnya
agar runtuh dinding kesombongan dalam hatiku

Dalam sujud terakhirku Ya Rabbi...
ku menangis sejadi-jadinyabiar kering mata ini
namun basah ladang hati yang gersang

Dalam sujud terakhirku Ya Rahman...
kulihat semua dosa yang membayangiku
kelam mencengkram jiwa yang lusuhDalam sujud terakhirku Ya Rahim...
biarkan aku patah dalam cahaya
Mubiarkan kumusnahkan titik-titik kemunafikanku
agar ku kembali dalam pelukan hidayahMu

Dalam sujud terakhirku....
biarkan aku hirup nafasku sekali lagi
hanya untuk menyebut namaMu dan kekasihMu tercinta ...

Tuesday, August 25, 2009

SAHABAT...

Alangkah indahnya sebuah persahabatan jika didalamnya terdapat saling nasihat tentang iman, pentingnya mengingat mati, kepastian hari akhir dan segala hal tentang kebenaran hakiki termasuk segala kebaikan. Diri terasa dihibur dan juga digentarkan. Dihibur dengan cerita mengenai ganjaran kebaikan berupa surga, berlipatnya balasan Allah SWT atas sebuah kebaikan yang diperbuat di dunia dan digentarkan oleh cerita dahsyatnya seksa neraka, bukan hanya bagi orang yang ingkar terhadap Alah SWT dan Rasul-Nya, namun juga bagi orang yang berbuat baik dengan niat yang sudah di kotori.

Alangkah indahnya seorang sahabat, yang ketika kita berbuat salah ia menegur dan menasihati, bukan karana rasa benci, namun karana begitu cintanya ia terhadap kita sehingga tak bosan-bosannya mengingatkan akan sebuah kebenaran. Terkadang kita terlupa, termakan oleh egoisme diri, merasa lebih baik, lebih banyak makan asam garam, sehingga menafikan sebuah kebenaran yang sebenarnya datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya lewat lidahnya.

Alangkah indahnya seorang sahabat, yang mau ikut menangis bersama, ketika melihat sahabat lainnya jatuh dalam kubangan nista dan dosa, merasa kasihan, bukan kebencian hingga bergetar bibir menahan tangis dan kesedihan, terluka jiwa yang fitrah oleh tajamnya belati hawa nafsu.

Alangkah indahnya petunjuk Rasulullah SAW perihal memilih sahabat. Beliau umpamakan dengan penjual minyak wangi dan pandai besi. Jika berteman dengan penjual minyak wangi, minimal akan mendapat dan mencium wanginya. Berteman dengan seorang pandai besi, bisa-bisa percikan apinya mengenai tubuh dan juga kedapatan bau busuknya. Sungguh, beruntung seseorang yang mendapatkan sahabat sejati, yang memuji dibelakangnya dan mengoreksi didepannya.

Siapakah yang telah menjadi sahabat masing-masing dari kita saat ini?

PELUDAH BAHASA

Ketika lahir jeritnya amat mesra––hening suara bayi pertama.
Neneknya pengagum hikayat Tuah membisik iktibar ke telinganya.
Datuknya pencinta Siti Zubaidah bersyair merdu ke qalbunya pula.
Doa dan janji di sanubari inilah cucunya kebanggaan desa––
insan harapan kerdip permata yang bakal bersinar sebagai pendakwah.

Ketika bertatih di sisi buaian gelincirnya cepat disantunkan.
Ayah dan ibunya cekal berazam anak termanis di hemah Ramadan.
Diasuh ia menjadi wira dan tidakpun dikira ke bidang mana.
Pada hembusan angin di bukit amat merdu terdengar ia menjerit:
Penyegar budi pilihan pertama, penyemai bakti di qalbu desanya.

Ranum di dalam dan di luar negara menjalar akar benih ilmunya;
pergaulannya alam tak berbatas bertingkat cepat dirinya ke atas.
Pada kempen “bersih-cekap-amanah” terhantar ia ke tampuk kuasa;
masih diingat pesan nenek tentang Tuah; saran datuk tentang Zubaidah.
Sebaik menyingsing SatuMalaysia mula terbelah percik mimpinya.

Tapi, kuasa tersangat nikmatnya––darjat dan harta sebuah buana.
Lalu, dalam lagu gema ternyaring giginya berubah menjadi taring.
Leluhurnya kini damai di kubur, dan sayang, dirinya meruncing takbur.
Terakhir, dengar kisah lupanya––semua dangkal kecuali dirinya.
Terakhir, merebaklah bongkaknya sebagai peludah bahasa Ibunda.

Tak lagi dirinya budayawan desa, pembela bahasa tidak juga.
Kini dia niagawan haloba pemburu kuasa paling selesa.
Memang bukan lagi cucu desawan; segebu dirinya kuasawan.
Dilupa Syair Siti Zubaidah dan tidak dikenal Hikayat Hang Tuah.
Sangatlah selesa dan bangga––dirinya tulen peludah bahasa.

18––19 Jun, 2009. ––A. SAMAD SAID